Kamis, 10 Juli 2014

Novel Hanum Rais "Bulan Terbelah Di Langit Amerika"

Novel "Bulan Terbelah di Langit Amerika" udah keluar dari awal Juni lalu, langsung saya beli karena sebelumnya udah jatuh cinta sama novel "99 Cahaya di Langit Eropa". :D

Novel "Bulan Terbelah di Langit Amerika" adalah novel lanjutan dari "99 Cahaya di Langit Eropa" yang ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra.
Berbeda dengan novel "99 Cahaya di Langit Eropa" yang merupakan perjalanan kisah nyata sang penulis berkeliling Eropa dan menemukan sejarah peradaban Islam dibalik kemajuan Eropa saat ini, dalam Novel terbarunya ini ditulis dengan perpaduan antara fiksi, drama, sejarah, dan fakta sejarah.

https://ranhie.blogspot.com


Ceritanya berlatar belakang tragedi 11 September 2001, ketika gedung tertinggi di Amerika Serikat saat itu, World Trade Center (WTC) 1 dan 2 runtuh ditabrak oleh American Airlines Flight 11 yang dibajak.

Hanum yang bekerja pada sebuah surat kabar di Wina, Austria, bernama "Heute ist Wunderbar" yang artinya "Hari ini Luar Biasa", sebagai seorang reporter, mendapat tugas besar dari kantornya. Dikarenakan perusahaannya terancam bangkrut, maka dewan direksi memutuskan untuk tidak lagi memberikan surat kabar secara gratis. Hanum ditugaskan untuk membuat artikel yang luar biasa demi menaikkan oplah, dengan topik: "Would the world be better without Islam?"
Bagai tersambar petir Hanum awalnya menolak untuk menulis artikel tersebut, tapi kata hatinya berbicara lain, hatinya mengatakan bahwa harus dia yang menulisnya, bukan temannya yang tidak mengerti tentang Islam sama sekali.
Maka Hanum ditugaskan untuk meliput peringatan tragedi 11 September 2001, di Amerika.
Sementara Rangga pun ditugaskan oleh Professor Reinhard untuk menghadiri sebuah acara di Amerika.

Hanum dan Rangga memulai cerita perjalanannya ke Amerika dari sini, bertemu dengan orang-orang yang membuka mata mengenai Islam yang sesungguhnya. Ada sebuah fakta sejarah, Amerika, orang pertama yang menemukan benua tersebut bukanlah Christophorus Columbus seperti yang diceritakan, melainkan para musafir-musafir muslim dari China, Eropa, dan Afrika yang telah berlayar jauh sampai ke benua itu, tiga ratus tahun sebelum Columbus. Ratu Isabella dari Spanyol yang membiayai ekspedisi Columbus untuk mencari tanah jajahan baru bagi Spanyol, akhirnya setahap demi setahap orang Spanyol mulai pindah dan menguasainya.

Hanum bertemu dengan narasumber bernama Michael Jones, saat Jones sedang memprotes pembangunan sebuah Masjid di dekat Ground Zero Memorial, tempat mengenang korban 11 Setember New York.  Jones kehilangan istri tercintanya, Anna, dalam kejadian itu, dan ia beberapa kali pernah mencoba bunuh diri untuk menyusul istrinya. Kehilangan orang yang paling dicintainya atas tragedi 11 September membuat ia tak percaya pada muslim, meski akhirnya setelah bertemu dengan Hanum, ia tau tak semua muslim seperti yang telah dipikirkannya.
Karena sesungguhnya jauh lebih banyak orang-orang muslim berusaha menjadi agen muslim yang baik, di tengah sorotan curiga dan waswas dunia pada mereka. 

Dalam perjalanan menyelesaikan tugasnya Hanum juga bertemu dengan Azima Hussein seorang wanita keturunan Melungeon (orang-orang yang dikejar dari tanah Spanyol kemudian hijrah ke benua Amerika, berbaur dan menikah dengan masyarakat setempat, kemudian membentuk koloni sendiri). Azima kehilangan suaminya dalam tragedi 11 September 2001, Ibrahim Hussein.

Bertahun-tahun Azima mencari tau tentang bagaimana suaminya tewas, detik detik suaminya pergi, karena dia tak dapat memahami maksud kata-kata terakhir suaminya ditelepon sebelum gedung WTC ambruk.
Dia mencari tau semua tentang kejadian 11 September, ada yang janggal di kejadian tersebut, ikut runtuhnya WTC 7, yang sama sekali tidak ditabrak bahkan gedung ini dipisahkan oleh sebuah blok jalan yang cukup jauh.
Dalam logika, arsitek dan insinyur termasyhur para perancang gedung WTC pasti merancang gedung tersebut untuk dapat tetap tegak berdiri meski ada ancaman apapun dari luar. Seperti halnya gedung ikon pencakar langit Empire State Building yang pernah ditabrak pesawat karena murni kecelakaan, yang tetap kokoh berdiri.
Alasan mengapa WTC ambruk berkeping-keping adalah menurut para korban selamat tragedi WTC, ada suara bom di lantai bawah yang seperti dikendalikan dari luar, struktur baja WTC sudah dilemahkan sebelumnya. Seperti ada sebuah konspirasi di dalamnya, banyak kejadian janggal dan aneh, pangkalan militer yang menyangka pembajakan pesawat saat itu hanyalah sebuah simulasi latihan, badan pesawat yang hilang setelah menabrak gedung Pentagon, CCTV yang mati, hingga paspor milik "pembajak" yang ditemukan utuh diantara puing pesawat yang berkeping-keping.
Semua menjadi tanda tanya besar hingga kini.

Tapi selain itu, ada hal lain yang baru saya tahu setelah membaca novel ini, ternyata masjid-masjid di Eropa dan Amerika harus membayar uang sewa bangunan, sedih sekali mengetahui hal ini. Karena tarif selalu dinaikkan hingga tidak sedikit masjid-masjid yang tutup karena tidak mampu membayar uang sewa yang mahal. Bersaing dengan kafe-kafe besar yang mampu membayar uang sewa dengan tarif lebih tinggi. Bukan hanya masjid, gereja pun bila tidak sanggup membayar uang sewa akan ikut tergusur. Business is business.
Semoga sebagai umat muslim kita mampu membeli tanah untuk wakaf masjid di Eropa dan Amerika.

Dan akhirnya pertemuan Rangga dengan Philipus Brown, sang jutawan Amerika yang menjadi filantropis bagi anak-anak Afghanistan dan Irak, membawa Rangga dan Hanum pada sebuah keping puzzle jawaban bagi kegundahan yang dipertanyakan bertahun-tahun oleh Michael Jones dan Azima Hussein.

Keanehan, kejanggalan, menguak sebuah misteri tragedi 11 September 2001. Novel ini akan membawa pada sebuah pengalaman yang mendebarkan, seolah kembali ke dalam kejadian 11 September, merasakan bagaimana perih dan paniknya menunggu detik-detik pertemuan dengan maut, saat kita tau dalam hitungan menit kita akan berjumpa dengan kematian.

Banyak pembelajaran yang dapat diambil dalam novel ini sambil menyelami sulaman kata Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

Tak sabar menunggu novel ini ada dalam layar lebar. :)

1 komentar: