Selasa, 10 Februari 2015

CERPEN: Jika Bukan Dia, Pasti Aku.

Tak sengaja aku bertemu denganmu semalam. Kamu bercerita tentang dia yang ingin kembali padamu. Seseorang yang pernah hadir dalam hidupmu kemudian pergi. Dan kini ia hadir kembali memintamu menemani langkahnya lagi.

"Mengapa kamu tak mau menerimanya kembali?" tanyaku.

"Aku tak bisa memiliki hubungan seperti itu." jawabmu.

"Jadi, hubungan apa yang kamu inginkan?" selidikku.

"Hubungan tanpa pacaran." matamu menatap jauh ke depan, aku melihat ada sebuah harap di sana.

Aku mengerti, karena kau perempuan, maka kau menjaga dirimu dengan dinding yang sangat tinggi.

"Bukankah dulu hubungan kalian bukan berpacaran?" tanyaku lagi.

"Hanya syarat yang aku ajukan yang membedakan dengan orang berpacaran pada umumnya. Tak ada kontak fisik, Kemudian aku sadar, itu pun sama saja seperti orang berpacaran. Tak ada beda." kamu menunduk.

"Aku pernah mencoba menyamakan langkah dengannya, berusaha berjalan beriringan. Dengan beberapa syarat yang aku ajukan. Dan dia setuju. Tapi dipersimpangan jalan, dia memilih berjalan dengan teman yang lain. Tak ada masalah bagiku. Ini jawaban atas istikharah dan doaku, bukan dia orangnya." lanjutmu. 

"Apa yang akan kau lakukan jika kau mencintai seorang perempuan?" Tanyamu kepadaku.

"Aku akan menjaganya dari jauh. Aku tak berani melangkah sebelum tiba waktunya. Sebelum aku memantaskan diri dengan ilmu dunia dan akhiratku, lalu membawanya ke dalam hidupku, Melangkah dan membangun mimpi bersama." jawabku mantap.

"Mungkin sebentar lagi." lanjutku.

"Apa ada seseorang yang kau sebut dalam doamu setiap hari?" kamu menggodaku.

"Ada." aku tersipu.

"Lalu, siapa orang yang beruntung itu?" kamu tertawa.

"Kamu." jawabku hampir tak terdengar.

Tawamu mendadak hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar