Minggu, 10 April 2016

Baik, belum tentu tepat. :)

Ada hadits yang menyatakan bila menjodohkan laki-laki lajang dan perempuan lajang, maka ia akan dibangunkan sebuah masjid di surga, entah hadits ini shahih atau dhaif.

Namun yang pasti bila kita ingin melihat perjodohan yang ideal, ada di jaman Rasulullah SAW. Dan ada di para murobbi yang tidak mementingkan dirinya sendiri.

Jaman sekarang, ada orang yang semangat menjodohkan dikarenakan iming-iming sebuah masjid di surga kelak, karena hal ini mereka jadi mementingkan dirinya sendiri.

Hari ini, saya bertemu dengan seorang teman lama yang sudah dua tahun lebih tak pernah bertatap muka. Obrolan dimulai dengan update seputar kesibukan masing-masing, dan berujung pada obrolan klasik para single.

Temanku bercerita bahwa dia trauma dengan ta'aruf karena selain belum memahami lebih dalam ilmu tentang ta'aruf, orang yang menjodohkan pun kurang detail saat memberitahu tentang calon yang akan dijodohkan.

Ta'aruf melenceng dari makna yang sebenernya, Mak comblang hanya bilang bahwa calon yang sedang dikenalkan adalah orang baik.

Akhirnya yang ada bukan ta'aruf dalam makna yang sesungguhnya, si calon berusaha mendekat dan selalu ingin bertemu dengan teman saya, sementara teman saya merasa kurang cocok dengan calonnya ini, dia memilih mundur, bukannya menerima dengan lapang, sang calon malah menghina teman saya dan keluarganya. Ini penyebab temanku trauma dengan ta'aruf.

Saya pernah membaca dalam sebuah tulisan: "Orang baik itu banyak, tetapi hanya satu orang yang tepat."

Keengganan temanku dengan calonnya, bisa jadi adalah jawaban dari Allah SWT, bahwa bukan dia orang yang tepat. Dan terjawab dengan sikap si calon saat temanku mundur dari proses ta'aruf ini.

Salah kaprah bukan hanya terjadi pada proses ta'aruf, tapi juga pada Mak comblang yang hanya fokus pada dirinya sendiri, fokus karena iming-iming imbalan sebuah masjid di surga nanti.

Jaman Rasulullah SAW, masyarakat saling mengenal satu sama lain. Umat Islam satu, dan tentu gak ada aliran Islam A, B, dan C.
Ta'aruf jaman Rasulullah SAW, seorang anak patuh pada orang tuanya saat dijodohkan, dan seorang mukmin patuh pada Rasul-nya saat dijodohkan. Karena mereka percaya dengan pilihan Rasul dan orang tuanya.

Di jaman sekarang sebaiknya Mak comblang kembali pada kepentingan orang-orang yang sedang dijodohkan. Ada baiknya mereka tahu siapa orang yang meminta dicarikan jodoh, dan siapa orang yang akan dijodohkan. Mengetahui dengan detil siapa orang-orang yang akan dijodohkan tentu akan diganjar pahala yang baik oleh Allah SWT.
Karena ini artinya membantu kebaikan rumah tangga mereka kelak.

Jika fokus hanya karena iming-iming sebuah masjid di surga, bagaimana watak dan latar belakang serta visi orang yang meminta dicarikan jodoh, dia tak akan peduli, dan akan memaksa saat menjodohkan. Ini juga akan menjadi dosa jika kelak rumah tangga yang dijodohkan tidak bahagia.

Sekali lagi, baik saja tidak cukup. Karena orang baik tentu banyak, tetapi hanya satu yang tepat. :)

Yuk, menjodohkan karena Allah, bukan karena iming-iming sebuah masjid yang belum tentu memiliki riwayat hadits shahih. :)

1 komentar: