Minggu, 26 Agustus 2012

Saat Kita Menjadi Kenangan

Ibumu merindukanmu.
Aku bertemu dengannya semalam. Sengaja aku ke rumahmu. Apa kabarmu hari ini, baik-baik saja kan?

Aku lihat raut kesedihan di wajah ibumu saat aku bertanya tentangmu. Katanya kamu satu-satunya yg diharapkan selama ini. Kamu tau, ibumu itu wanita hebat. Semangatnya bak anak muda. Hahaha.

Dia menceritakanmu semalam, ternyata ayahmu pernah melarang kau ikut silat saat kita SMP. Tempat dimana aku mengenalmu.
Rumah kita dekat, dan aku baru menyadarinya hari ini. Kemana aja ya aku. Bahkan ibuku dan ibumu ternyata berteman! Hahaha.

Hitam dan lebat rambut ibumu seperti rambutmu. Bila kau ada di sini sekarang aku bisa membayangkan wajahmu yang semakin tampan, cambang di pinggir pipimu yg semakin panjang, badanmu yang tinggi juga tegap. Aku lupa kapan terakhir aku melihatmu.

Karena mengenalmu dengan nama lengkap, maka saat mereka memanggilmu dengan nama kecil yg kau miliki, aku pun tak sadar bahwa itu kau. Padahal nama kecilmu pernah beberapa kali kudengar.

Entah dimana kita akan bertemu kembali. Semalam, aku hanya bisa menguatkan ibumu. Bertahun2 kau telah pergi penuhi panggilan Illahi, dan kau tau asa itu masih ada di dalam mata penuh cahaya ibumu. :)

Aku percaya saat seorang anak sudah tiada, seorang ibu akan terus mendoakannya. Tapi saat orang tua telah tiada, masihkah seorang anak mendoakannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar