Senin, 04 Agustus 2014

Al-Faruq, Sang Penakluk Dunia.

Suatu malam di kota Mekkah, ketika semua orang sedang terlelap dalam tidur, seorang anak muda nan gagah duduk diam di depan ka'bah. Perawakannya tinggi dan tegap, jambang dan jenggot menghiasi wajahnya yang tampan, kulitnya berwarna kemerahan di bawah sinar bulan. Dia tak tahu apa yang hendak dilakukannya, semua tempat minum di Mekkah telah tutup.
Pemuda itu lalu memutuskan untuk mengitari ka'bah, tanpa sengaja didapatinya seseorang yang sedang khusyuk dalam shalat. Pria itu adalah orang yang sangat dibencinya saat itu. Tiba-tiba terbersit sebuah ide jahat di otak sang pemuda.


Anak muda itu kemudian bersembunyi dibalik tirai ka'bah, ia mengendap-endap hingga akhirnya sampai tepat di depan pria yang sedang shalat, hendak menyerangnya.

Betapa ketika itu sang pemuda membenci ajaran yang dibawa oleh manusia shalih dan dikenal kejujurannya yang saat ini sedang shalat di depannya. Ajaran yang mengajarkan menyembah hanya pada yang Satu, Allah SWT. Berbeda dengan ajaran para leluhurnya terdahulu, yang mengajarkan untuk menyembah berhala.

Sang pemuda masih terdiam dalam persembunyiannya, mengintai dari balik tirai gerakan dan bacaan shalat orang yang ingin diserang. Berpikir dan mencari saat yang tepat untuk keluar dan menyerang pria tersebut. Didengarkannya lamat-lamat apa yang diucapkan pria itu, tanpa sadar ia terhanyut dengan bacaan shalat pria tersebut, suaranya begitu merdu, wajahnya begitu syahdu, kekhusyukannya begitu ikhlas kepada Rabb-nya. Diperhatikannya wajah sang pria, wajah yang besinar sejuk sampai ke dalam sanubari siapapun yang melihatnya.

Ada rasa damai yang belum pernah singgah dihatinya, ia terpaku dalam persembunyiannya. Kalimat yang dibaca oleh pria ini begitu indah, terstruktur, belum pernah ia mendengar bacaan yang seindah ini, seagung ini, batinnya kagum.

"Kata-kata ini pasti berasal dari seorang penyair.", hatinya berbisik.
Tak disangka, pria santun dan shalih yang sedang shalat ini meneruskan bacaan shalatnya "Wamaa huwa biqawli syaa'irin qaliilan maa tu'minuun" ("Dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya." (Al Haqqah: 41)).

Pemuda itu tersentak, terkejut, bagaimana mungkin ia tahu apa yang ada dalam hatinya. "Kalau begitu bacaan ini bukan dari seorang penyair, melainkan dari seorang dukun."
Baru saja terlintas di pikirannya kalimat itu, pria tersebut melanjutkan bacaan ayat selanjutnya.
"Walaa biqawli kaahinin qaliilan maa tadzakkaruun." ("Dan bukan pula perkataan dukun. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya." (Al Haqqah: 42)).

Pemuda itu terpaku, beku di tempatnya, kemudian ia mulai menyadari, "Ini adalah dari Tuhan Semesta Alam, Allah SWT."
Di tengah malam di waktu itu, telah terbersit iman di dalam hatinya. Pemuda itu mengurungkan niat untuk menyerang pria shalih yang sedang shalat, yaitu Nabi Muhammad SAW. Sang pemuda kembali ke rumahnya, kembali kepada kaumnya, kaum Quraisy.

Pada waktu itu semua orang kafir Quraisy tidak mau mendengarkan Al-Qur'an, mereka menutup telinga rapat-rapat dan menjauh ketika Al-Qu'an dibacakan. Mereka senang sekali menyiksa dan membunuh orang-orang yang telah beriman kepada Al-Qur'an, siksaan fisik di tengah teriknya panas gurun pasir.
Hingga bila ada yang memeluk Islam, maka ia akan memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi.

****

Keesokan harinya, karena kefanatikan sang pemuda terhadap ajaran nenek moyangnya, dan pergaulan dengan kaumnya yang sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, maka pemuda itu tetap membenci dan memusuhi Islam.

Di suatu siang yang terik oleh sinar matahari di kota Mekkah, pemuda ini hendak pergi ke Darul Arkam bertemu dengan Rasulullah, ada kemarahan yang membara di matanya, ia hendak membunuh Rasulullah SAW. Dalam perjalanan ia diberitahu satu berita yang membuatnya membalikkan arah kuda yang ditungganginya, sebuah berita yang membuatnya sangat marah, adiknya telah memeluk agama Islam yang sangat ia benci.

Pintu rumah sang adik digedornya dengan keras. Dari luar rumah didengarnya bacaan Al Qur'an, semakin keras ia menggedor pintu rumah adiknya, Faatimah.
Adiknya dan sang suami, Sa'id bin Zayd, sedang belajar Al-Qur'an bersama Khabbab Ibn Arat. Mereka segera menyembunyikan Al-Qur'an yang sedang dibaca, dan Khabbab langsung bersembunyi.

Tak ada yang berani dengan pemuda ini, ia sangat ditakuti oleh kaumnya karena perawakannya yang tinggi besar serta keahliannya dalam berkelahi, dan seorang pegulat yang tangguh.
Pintu rumah pun dibuka.

Penuh dengan kecurigaan pemuda ini bertanya,
"Bacaan apa yang aku dengar tadi?"
"Tidak ada, kami hanya sedang bercakap-cakap.", Faatimah menjawab.

"Jangan berbohong padaku! Katakan bacaan apa yang aku dengar? Dan apakah kalian telah memeluk Islam?!"

"Bagaimana bila ternyata Islam adalah agama yang benar?" sahut Sa'id bin Zayd.

Mendengar perkataan Sa'id, pemuda tersebut langsung menyerangnya hingga terjatuh, lalu mendudukinya. Faatimah mencoba menolong suaminya, tetapi kakaknya memukulnya hingga menyebabkan ia terjerembab dan berdarah.

"Kau musuh Allah! Kau memukulku karena aku beriman kepada Allah? Meskipun kau suka atau tidak, aku bersaksi bahwa tidak Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan." Faatimah menatap pemuda itu tanpa ragu.

Ketika pemuda itu melihat keberanian dalam diri Faatimah serta darah yang menetes di wajahnya, pemuda ini mulai menyesali perbuatannya dan menjauh dari Sa'id. Dia duduk dan meminta gulungan Al-Qur'an yang disembunyikan Faatimah.

"Tidak." Faatimah menggeleng.

"Apa yang tadi kamu katakan telah membuat hatiku resah. Dan aku berjanji akan mengembalikannya padamu dengan baik." Pemuda itu mencoba melunakkan hati sang adik.

"Kamu musyrik dan kotor, kamu harus mandi terlebih dulu." Faatimah memegang erat gulungan Al-Qur'annya.

Pemuda ini kemudian mengikuti saran sang adik, setelah itu Faatimah menyerahkan gulungan Al-Qur'an yang dimilikinya.
Ia mulai membaca ayat yang ada di dalamnya sepenuh hati.

"Apakah ini yang ditentang oleh kaum kita, kaum Quraisy? Dia yang telah mengkalamkan ayat ini wajib kita sembah. Dimanakah Muhammad?" Pemuda ini bangkit dari duduknya.

Faatimah dan Sa'id memberitahu bahwa Rasulullah sedang rapat bersama para sahabat di Darul Arkam.

****

Ia segera melajukan kudanya di tengah gurun pasir menuju Darul Arkam.
Sesampainya di sana, ia mengetuk pintu dengan perlahan. Para sahabat yang mengetahui kedatangan pemuda tersebut tak ada yang berani membuka pintu.

Hamzah, salah seorang sahabat Rasulullah yang melihat para sahabatnya tidak berani membuka pintu kemudian berkata,

"Jika pemuda ini datang dengan maksud baik, maka kita akan memperlakukannya dengan baik juga. Tapi bila ia bermaksud jahat, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya sendiri."

Hamzah membuka pintu, para sahabat langsung memegang tangan sang pemuda dan membawanya bertemu dengan Rasullullah SAW. Rasulullah meminta agar pemuda itu dilepaskan.

Rasulullah SAW berkata, "Mengapa engkau datang kemari wahai putra Khattab? Apakah kamu tidak akan berhenti memusuhi Islam hingga Allah memusnahkanmu?"

"Wahai utusan Allah, aku tak ada niat ke sini selain ingin beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." jawab pemuda itu dengan tenang.

Rasulullah langsung bertakbir, "Allahuakbar!"

Ketika mendengar Rasulullah SAW bertakbir, semua yang ada di dalam ruangan pun ikut bertakbir. Bertakbir sepenuh keagungan Illahi Robbi.

"Allahuakbar!" Allah Maha Besar. Gema takbir memenuhi seluruh ruangan, keras sampai terdengar keluar. Takbir penuh rasa syukur kepada Allah SWT.

Doa Rasullullah SAW telah dikabulkan dengan Islamnya Umar Ibn Khattab, seorang pemuda ksatria dari Bani Quraisy.

Ya, pemuda itu bernama Umar Ibn Khattab, yang setelah keIslamannya ia menjadi salah satu sahabat terdekat Rasulullah SAW setelah Abu Bakar As Siddiq.

Setelah Umar mengucapkan syahadat, bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Rasulullah adalah utusan-Nya, ia mengendalikan kudanya menuju rumah Abu Jahal, pembesar kaum kafir Qurasy. Ia ingin semua orang tau bahwa kini ia telah memeluk Islam, menjadi seorang muslim, dan kini tak ada lagi yang boleh menyiksa dan melarang umat muslim beribadah. Umar sangat bahagia dan bangga karena telah menjadi seorang muslim.

Umar mengetuk pintu rumah Abu Jahal, tak lama Abu Jahal membukanya dan tersenyum menyambut kedatangan Umar.

"Selamat datang wahai Umar."
Tanpa berbasa-basi Umar berkata, "Aku telah menjadi seorang muslim."
"Apa?" Abu Jahal terkejut.
"Aku telah menjadi seorang muslim."
"Jangan katakan hal itu!"
"Ya, saya sudah menjadi seorang muslim."
Serta merta Abu Jahal langsung menutup pintu rumahnya dengan keras di depan Umar.

Ada seseorang yang melihat kejadian tersebut, "Sepertinya kamu ingin semua orang tau bahwa kau kini telah menjadi muslim."
"Ya, benar." jawab Umar tegas.
"Kalau begitu kau lihat orang yang ada di sana? Pergilah pada orang itu, Jameel Bin Mu'ammar Al Jumahi, dan katakan kamu telah menjadi seorang muslim."
Umar menuju orang yang dimaksud lalu ia berkata, "Wahai Jameel, aku telah menjadi seorang muslim."
Jameel yang sedang agak mabuk, selama beberapa saat hanya berdiri dan bengong, sebelum akhirnya ia berjalan ke ka'bah mendekati kerumunan orang-orang Quraisy, dan memberitahu semua orang bahwa Umar telah memeluk Islam.

Umar menjadi sahabat terdekat Rasulullah SAW. Semenjak itu penyebaran agama Islam tak pernah lagi secara sembunyi-sembunyi, Islam menjadi lebih kuat dengan hadirnya Umar Ibn Khattab.

Semua umat muslim kemudian melakukan long march di kota Mekkah, membentuk dua barisan, satu barisan dikawal oleh Umar Ibn Khattab, dan barisan lainnya dikawal oleh Hamzah, Rasulullah berdiri diantara kedua barisan, dan menyatakan keIslaman di depan umum dengan ramai-ramai mengucap "Asyhadu alla Ilaha Illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah".

Penyebaran Islam kini secara terang-terangan. Umar menjadi pendukung dan pengikut setia Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW berkata: "Aku datang bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar."
Menandakan betapa tingginya kedudukan Umar Ibn Khattab di mata Rasulullah SAW.

****

Saat itu tahun 622 Masehi, Umar ikut bersama Rasulullah SAW dan umat muslim lainnya berhijrah dari Mekkah menuju Madinah.
Tidak seperti yang lain yang hijrah secara sembunyi-sembunyi di malam hari, Umar hijrah di siang hari, ia melakukan thawaf tujuh kali lalu naik ke atas Ka'bah.
"Wahai Quraisy, hari ini putra Al Khattab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin istrinya menjadi janda, anak-anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silahkan hadang Umar dibalik bukit ini!" tegas Umar.

Umar adalah lelaki yang pemberani dan gagah, memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu: Al-Faruq yang artinya orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Sabda Rasulullah SAW: "Wahai ibnu Al-Khattab (Umar), demi Allah yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah setan menemuimu berjalan di satu jalan melainkan ia mengambil jalan lain yang bukan jalanmu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan setan pun lari ketakutan saat melihat Umar Ibn Khattab.

Masa Pemerintahan Umar Ibn Khattab. 

Dibalik ketegasannya, Umar adalah seorang yang sederhana dan rendah hati. Umar suka menambal bajunya dengan kulit, dan terkadang membawa ember dipundaknya, yang sama sekali tidak menghilangkan wibawanya.
Kendaraannya adalah keledai tak berpelana.
Seperti Rasulullah dan para sahabat yang lain, Umar Ibn Khattab adalah seorang yang kaya raya, perkebunan dan ladang pertaniannya sungguh luas, tetapi beliau tidak pernah mengambil hasilnya, ia selalu menyerahkan untuk jihad fisabililah di jalan Allah SWT. Umar tak pernah makan kenyang, selalu menjaga perasaan rakyatnya
Umar jarang tertawa dan bercanda, di cincinnya terdapat tulisan "Cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar."

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Umar meneruskan usaha Khalifah Abu Bakar dan berhasil menaklukkan Persia, wilayah Romawi di Arab, dan Jerussalem.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran Sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan Islam pada jaman Umar ra.

Pemerintahan Umar ra adalah Pemerintahan yang berdasarkan pada keadilan dan kesetaraan. Beliau suka sekali berpuasa. Dan di tengah malam sering melakukan patroli untuk mengetahui kondisi rakyatnya, mencari tahu bila ada rakyatnya yang sedang kesulitan ekonomi dan membutuhkan bantuan.

Umar pun sangat menghargai seorang wanita, ketika istrinya sedang kesal dan memarahi Umar, Umar hanya diam. Beliau memberi nasihat kepada seorang laki-laki yang hendak mengadukan tentang istrinya kepada Umar.

"Wahai saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya (kemarahan istri), karena itu memang kewajibanku. Istriku lah yang memasak makanan, membuatkan roti, mencucikan pakaian, dan menyusui anakku, padahal itu bukanlah kewajibannya." Jawab Umar dengan tenang.

"Selain itu, hatiku merasa tenang (untuk tidak melakukan perbuatan haram sebab jasa istriku). Karena itulah aku tetap sabar atas perbuatan istriku." lanjut Umar.

"Wahai Amirul Mu'minin, istriku juga demikian." kata laki-laki itu.

"Oleh karena itu, sabarlah wahai saudaraku. Ini hanya sebentar." nasihat Umar.

****

Suatu hari dalam masa pemerintahan Umar, datang seorang pria beragama Majusi yang bernama Abu Lu'luah, meminta jalan keluar atas permasalahannya.
"Majikan saya, Al Mughirah Ibn Shu'bah, memberi tanggung jawab kepada saya terlalu banyak." cerita Abu Lu'luah
"Maukah anda memintanya untuk menaikkan upah saya?" lanjutnya.

"Takutlah kepada Allah dan berbuat baiklah kepada Majikanmu." Jawab Umar Ibn Khattab.

Kemudian Abu Lu'luah berbalik dan berkata pada dirinya sendiri, "Keadilannya bagi semua orang, kecuali aku?"

Umar Ibn Khattab mengatakan demikian untuk menasihati Abu Lu'luah, tetapi kemudian Umar langsung pergi menemui Al Mughirah demi memintanya untuk menaikkan upah bagi Abu Lu'luah.

Tetapi Abu Lu'luah telah mendendam, dan berniat membunuh Umar Ibn Khattab. Ia menyiapkan sebuah belati bermata dua dan melumurinya dengan racun.

Ketika itu Umar ra sedang bersiap untuk memimpin shalat shubuh berjamaah di masjid, beliau memulai takbir "Allahu Akbar" dan saat itu juga Abu Lu'luah menyerang Umar ra dari belakang dan menusuk pundaknya, lalu menusuknya lagi di bagian pinggang. Dan tusukan itulah yang membuat Umar meninggal dunia.

Lalu Abu Lu'luah berlari dan menusuk siapapun yang ditemuinya. Dia menusuk tiga belas orang dan tujuh orang diantaranya meninggal dunia.
Dengan segera Abdullah Bin Auf menangkapnya, menyadari bahwa ia telah tertangkap, Abu Lu'luah menyembelih dirinya sendiri, ia memutuskan bunuh diri.

Keinginan Umar untuk meninggal dalam syahid di jalan Allah SWT dikabulkan. sebagaimana terdapat dalam shahih Muslim bahwa Umar pernah berkata, "Yaa Allah, aku bermohon kepadamu mendapatkan syahadah (mati syahid) di atas jalan-Mu dan wafat di tanah Nabi-Mu,"

Nabi Muhammad SAW meninggal pada usia 63 tahun, Abu Bakar meninggal pada usia 63 tahun, dan Umar Ibn Khattab meninggal pada usia 63 tahun.

Nabi Muhammad, Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, bersama di dunia, meninggal di usia yang sama, dan akan bersama-sama di akhirat nanti.

Rasulullah SAW berkata: "Aku datang bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar."

****

1 komentar: