Senin, 26 Desember 2011

Top Ittipat: The Billionaire

Alhamdulillah, akhirnya bisa nonton film The Billionaire juga. Aheeyy. Pertama kali tau film ini dari seorang motivator yang gue follow di twitter. Daaan gue cari reviewnya di om google, ternyata emang keren banget. Trailernya juga bagus bangeett. Kepengen buru-buru nonton.
\(≧∇≦)/

Cerita filmnya kurang lebih seperti ini:
Alkisah, ada seorang anak yang demam game online, namanya Top Ittipat. Tapi dia bisa membeli sebuah mobil dari game tersebut. Karena kecanduan game online, dia jadi gak diterima di universitas negeri. Apesnya, Game onlinenya diblock secara tiba-tiba.

Orang tua Top meminta Top meneruskan kuliah meski di universitas swasta, tapi Top lebih memilih berjualan kacang. Sementara itu, ternyata orang tua Top mengalami kebangkrutan, bahkan memiliki hutang 40 juta baht.
Top yang tanpa ijin telah menggadaikan jimat kuno ayahnya untuk

Jumat, 10 Juni 2011

Cenat cenut ini membuatku galau

Ya, gw lagi cenat cenut tapi bukan karena liat kamu (Sok Sm*sh gitu), lebih kepada pilihan hidup. Kata temen2, yang ada saat ini adalah sebuah kesempatan.
Tapi enggak tau kenapa hati gue pas tau berita ini langsung bimbang, ada semacam perasaan aneh yang ga' bisa gue ungkapkan sama siapa pun, termasuk nyokap. Mungkin mereka bilang ini kesempatan besar. Gimana lagi, gue cuma coba ikutin kata hati. Tapi perasaan ini selalu gue alami ketika sesuatu itu akan gue dapatkan. Apakah ini berarti gue menolak sebuah rejeki?
Sekali-kali gue pengen ikutin kata hati. Mudah-mudahan ini bukan pilihan yang salah.
I just try to pursue my dream. Yes, my dream.

Selasa, 07 Juni 2011

Jet lag habis libur panjang. -_-*

Libur panjang kemarin, karena hari kejepit yang dijadiin cuti bersama, bener-bener ngebuat gue rada jet lag pas ngantor. Gimana enggak, libur empat hari tanpa kerjaan kantor, dan tiba-tiba harus masuk kantor lagi sebelum jam setengah delapan pagi. Yang biasanya bangun siang ini pagi-pagi udah harus ada di kantor.

Belum berapa lama di ruangan, telpon gue berdering. Sekretarisnya Direktur minta disambungin ke Kepala Divisi gue karena atasannya mau ngomong. Mata masih kriyep-kriyep, mencoba inget extension atasan. Berhubung di layar telpon ada nomor sekretarisnya Direktur - sekretaris pakai angka lima belakangnya sedangkan atasannya angka nol- gue jadi mikir pasti atasan gw extensionnya tinggal gue ubah dari nomor yang tertera itu. Langsung aja gue sambungin.

Sambil liat-liat dari kaca yang ada di depan gue dan mengarah ke ruangan Pak Bos. Pas gue sambungin keliatan dari kaca, koq Bos gue gak angkat telpon, tapi kenapa ada suara

Minggu, 01 Mei 2011

Trip to Dieng Plateau April 2011

Liburan April kemarin tanggal 22, gue mengajak kakak dan seorang temannya untuk jalan ke Dieng. Keinginan yang sudah ada sejak tahun lalu ini baru terealisasi bulan lalu, Alhamdulillah. :)

Dari Jakarta kita memutuskan untuk naik travel. Karena baru ada rencana lima hari sebelum libur, gue langsung berburu travel dan tlp penginapan Bu Jono berharap masih ada kamar yang available. Gak terlalu susah sebenernya arrange jadwal dan penginapan ke Dieng karena udah banyak informasi yg kita dapat melalui internet. Setelah menghubungi penginapan Bu Jono dengan CP Pak Didik (085227389949), dapatlah kita penginapan yang masih tersedia, letaknya ada di belakang penginapan Bu Jono namanya Dieng Pass, dengan harga Rp 150.000/kamar.

Saya juga ditawari paket sewa mobil plus guide selama di Dieng termasuk tiket masuk tempat wisata, setelah nego diberi harga Rp 450.000. Dari Jakarta kami menggunakan travel Bob Mila yang masih tersisa 3 seat, dengan harga Rp 175.000/orang sekali jalan. Janjian jam tujuh malam dengan travel di hari kamis, ternyata baru dijemput jam sembilan kurang. Katanya jalanan macet, kita orang pertama yang dijemput, lanjut ke apartemen Thamrin, trus Bintara. Jalanan emang bener2 maceett.

Dan di tol Cikampek macet parah, menurut pak sopir macetnya mirip pas lebaran. Hadooohh. Jam 12 malem kita baru sampai Subang, Shubuh di Cirebon, dan pagi sekitar jam 8 di Brebes, ini juga masih kena macet. Sampai di Wonosobo jam 2 siang, dan hujan sudah turun dari tadi. Alhasil jadwal yang udah bikin kacau beliaaauuu! Dari Wonosobo lanjut naik minibus ke Dieng, bayar Rp 8.000. Sampai di sana kami langsung reschedule jadwal yang berantakan dengan Pak Didik, kami meminta diturunkan harga sewa mobil karena hari itu kami sama sekali tidak memakai jasa sewa mobil, tapi tetap tidak bisa. Bete juga sih, tapi ya sudahlah.

Esok harinya jam setengah lima pagi pintu kamar kami sudah diketuk oleh Pak Didik yang membangunkan kami untuk melihat sunrise di gunung Sikunir. Udara masih dingin tapi menurut guide sekaligus supir mobil yang kami sewa musim hujan seperti itu justru tidak sedingin musim kemarau, karena musim kemarau cuaca jauh lebih dingin lagi. Bahkan sekitar bulan Juli-Agustus, di pagi hari kita bisa melihat salju di atas dedaunan, ternyata embun pagi berubah menjadi salju karena