Rabu, 04 Juni 2014

Kopi Tumpah ala Arief Widhiyasa

Acara Wirausaha Muda Mandiri (WMM) Expo tahun 2013 digelar Januari tahun lalu. Saya datang sore di hari terakhir. Ketika itu sesi talkshow yang menghadirkan CEO Agate, Arief Widhiyasa, sedang berlangsung. Anak muda ini, sangat inspiratif, positif dan enerjik. Kisah hidupnya sungguh membuat saya berdecak kagum, dari kecil selalu bermain game, tapi bisa kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri favorit di Bandung, saya langsung menilai kalau Arief ini pastilah seorang jenius!

Saking gemarnya bermain game, suatu hari saat salah seorang temannya akan diwisuda, dia dan teman-temannya baru sadar bahwa orang tua mereka pasti mengharapkan mereka bisa bekerja dan diterima di perusahaan besar. Lalu karena sudah terlanjur jatuh cinta dengan dunia game, dia dan teman2nya memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis game. "Pokoknya karena sudah memilih di sini, harus SUKSES", begitu katanya.

Awal memulai bisnis, Arief dan kawan-kawannya mendatangi mentor dan meminta masukan, tetapi mentor tersebut malah menceritakan satu cerita, yaitu kopi tumpah. :)
Apa sih kopi tumpah itu? begini ceritanya.....

Suatu pagi di sebuah keluarga kesibukan terjadi, seorang ayah yang bersiap berangkat ke kantor, seorang anak yang heboh bersiap ke sekolah, dan seorang ibu yang sibuk menyiapkan sarapan.
Sebelum berangkat ke kantor, sang ayah minum kopi di meja makan seperti pagi-pagi biasanya, sambil membaca koran terbitan hari itu. Sang ibu menaruh kopi di meja tempat sang ayah membaca koran. Sang anak yang terburu-buru menuruni tangga karena mau ujian, tak sengaja menyenggol pinggir meja yang menyebabkan kopi ayah tumpah ke atas celana kerjanya.

Kondisi I:
Melihat celananya yang basah karena keteledoran sang anak, sang ayah marah. Ia membentak sang anak "Gimana sih kamu jalan! Lihat nih celana ayah jadi kotor dan basah, ayah ada meeting pagi ini."
Sang anak yang merasa bersalah menangis dibentak seperti itu. Mendengar kehebohan, sang ibu menghampiri ayah dan anak.

"Ada apa yah?", mendengar suara sang istri ayah pun lalu menyalahkan istrinya "Ibu juga, taruh kopi di pinggir meja!" Sang ayah berlalu ke kamar untuk mengganti celananya yang kotor.
Kini ibu sibuk mendiamkan tangisan sang anak, mobil jemputan sekolah datang, karena masih menangis, sang anak tidak ikut bis sekolah.

Setelah ayah mengganti celana, ayah pun berangkat ke kantor, sang anak ikut diantar ke sekolah. Dalam perjalanan ayah masih terlihat kesal, ada lampu merah sang ayah menggerutu "Ini lampu merah lama sekali sih!" ada motor menyalip sang ayah langsung mengklakson berkali-kali.
Sang anak yang masih merasa bersalah hanya diam saja.

Sampai sekolah, sang anak langsung dihadapkan pada lembar soal ujian, semua yang dihapalnya dari semalam suntuk tiba-tiba saja lenyap, ia tak bisa konsentrasi.

Di kantor, ayah datang terlambat, meeting sudah di mulai, ia mendapat teguran karena terlambat dari atasannya, sang ayah yang masih emosi tidak terima dengan teguran tersebut. Lalu terjadi adu argumen dengan sang atasan. Dan ayahpun mendapat SP I.

Malamnya di rumah, emosi ayah belum juga reda, ia meminta nilai ujian sang anak, dengan takut sang anak memperlihatkan hasil ujiannya dengan nilai di bawah standar. Sang ayah tambah marah demi melihat nilai sang anak. "Dasar bodoh kamu!"
Sang ibu pun membela anaknya, terjadilah percekcokan ibu dan ayah. Rumah tangga mereka terancam bubar....

Kondisi II:
Melihat celananya yang basah karena tumpahan kopi yang diakibatkan keteledoran sang anak, ayah berkata "Aduh aduh, panas nih ayah kena tumpahan kopi, kamu sih buru-buru banget."
"Maaf ayah, aku ada ujian hari ini jadi buru-buru." Sang anak merasa bersalah.
"Wah, pokoknya kamu harus ganti celana ayah."
"Celana ayah kan mahal, masa aku harus gantiin sih."
"Ayah gak mau tau, kamu harus gantiin pakai nilai ujian kamu. Nilai ujian kamu harus seratus!" Ayah tersenyum.
Sang anak juga ikut tersenyum, "Siap ayah, aku akan kasih nilai seratus buat ayah. Aku jalan dulu ya yaah."
Setelah cium tangan ayah dan ibu, sang anak menuju bis sekolah yang sudah menunggu di depan.
"Bu, buatkan ayah kopi lagi ya, kali ini kopi yang penuh cinta." Ayah mengedipkan matanya ke ibu, lalu berjalan ke kamar mengganti celana.
"Siap suamiku tercinta."
Di sekolah, sang anak pun menjalani ujian dengan lancar dan berhasil mendapat nilai sempurna. :)
***

Dua kondisi yang sama, tetapi dengan respon yang berbeda, akan menghasilkan hasil yang berbeda pula. Cerita yang Arief dapat dari mentornya menjadi pelajaran bagi saya untuk selalu menjalani hidup dengan penuh senyum, positif, pemaaf, dan semangat.

Terima kasih Arief, sukses selalu untuk Agate Studio. :)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar