Selasa, 17 Februari 2015

Cerpen: Kamu Hanya Tak Menyadari.


Bagimu, mungkin aku bukan apa-apa. Tapi entah kenapa bagiku kamu adalah sumber kebahagiaan. Melihatmu dari jauh saja sudah bisa menenangkanku. 

Kamu mungkin tak menyadari ada seseorang yang memperhatikanmu dari jauh. Tersenyum saat melihatmu tertawa, dan sedih saat melihatmu berjalan gontai tak ada semangat.

Aku ingin, ingin sekali menyemangatimu saat kau terduduk lesu. Aku ingin sekali menghiburmu saat kau menitikkan air mata.

Tapi belum waktunya, aku harus bersabar. Aku harus memantaskan diri untuk mendapatkanmu. Aku ingin melindungi hatimu, aku tak ingin melukaimu. Karena aku laki-laki, maka caraku mencintaimu adalah dengan menjagamu. Bukan merusakmu.

Berjuang dan mendoakanmu, itu caraku menjagamu.

Kamu mungkin tak menyadari ada seseorang yang memperhatikanmu dari jauh. Yang berusaha memilikimu dengan cara yang lebih terjaga, memintamu langsung kepada yang memiliki hidupmu, Allah Azza Wa Jalla.

Kelak di Masa Depan


Kelak di masa depan, Tuhan akan mempertemukan kita dengan suatu alasan. Sebuah alasan yang meyakinkan hati kita untuk memutuskan melangkah bersama.

Alasan yang akan menenangkan hati masing-masing.

Karena saat ini kita masih menjaga diri dan hati kita. Kamu di luar sana, entah siapa dan di mana, dan aku di sini, menjemputmu dalam doa dan harap.

Kelak, Tuhan yang akan menggerakkan langkah kita menuju tujuan yang sama, hingga akhirnya kita bertemu di suatu tempat, entah kapan.

Saling bersedia untuk mendukung satu sama lain. Bersedia tetap ada di sisi saat ujian hidup datang, yang melatih kita agar lebih baik.
Bersedia bersama-sama mendidik dan menjaga anak-anak kita nantinya hingga dewasa dan bermanfaat.

Hingga akhirnya langkah kita akan terhenti ketika telah sampai di surga-Nya.

Kelak di masa depan kita akan bertemu. :)


Selasa, 10 Februari 2015

Saat Kamu Menjadi Alasan

Tanpa disadari mungkin kamu pernah menjadi alasan orang lain untuk berpikir. Mengubah hidupnya.

Diantara jutaan alasan Tuhan mengirimmu ke dunia ini, mungkin salah satunya adalah menjadi alasan bagi orang lain untuk berubah.

Kamu tak menyadarinya, karena setelah kau pergi, orang tersebut baru berpikir tentang hikmah kehadiranmu.

Mungkin bukan saat ini, bisa saja beberapa tahun kemudian.

Kamu menjadi alasan satu atau bahkan beberapa orang untuk mengubah cara pandangnya dalam hidup. Lebih memperbaiki diri.

Entah kesan baik atau buruk yang kamu tinggalkan, itu akan menjadikannya lebih mendekat pada Sang Pencipta. Berpikir lagi tentang apa yang telah terjadi pada dirinya.

Bila saat ini kamu sedang menyesali hadirnya seseorang di masa lalu, entah karena kecewa atau hilangnya kesempatan, kamu akan menyadarinya nanti bahwa Tuhan mempertemukanmu dengannya karena suatu alasan.

Sebuah alasan yang akan membawamu pada masa depan.

CERPEN: Jika Bukan Dia, Pasti Aku.

Tak sengaja aku bertemu denganmu semalam. Kamu bercerita tentang dia yang ingin kembali padamu. Seseorang yang pernah hadir dalam hidupmu kemudian pergi. Dan kini ia hadir kembali memintamu menemani langkahnya lagi.

"Mengapa kamu tak mau menerimanya kembali?" tanyaku.

"Aku tak bisa memiliki hubungan seperti itu." jawabmu.

"Jadi, hubungan apa yang kamu inginkan?" selidikku.

"Hubungan tanpa pacaran." matamu menatap jauh ke depan, aku melihat ada sebuah harap di sana.

Aku mengerti, karena kau perempuan, maka kau menjaga dirimu dengan dinding yang sangat tinggi.

"Bukankah dulu hubungan kalian bukan berpacaran?" tanyaku lagi.

"Hanya syarat yang aku ajukan yang membedakan dengan orang berpacaran pada umumnya. Tak ada kontak fisik, Kemudian aku sadar, itu pun sama saja seperti orang berpacaran. Tak ada beda." kamu menunduk.

"Aku pernah mencoba menyamakan langkah dengannya, berusaha berjalan beriringan. Dengan beberapa syarat yang aku ajukan. Dan dia setuju. Tapi dipersimpangan jalan, dia memilih berjalan dengan teman yang lain. Tak ada masalah bagiku. Ini jawaban atas istikharah dan doaku, bukan dia orangnya." lanjutmu. 

"Apa yang akan kau lakukan jika kau mencintai seorang perempuan?" Tanyamu kepadaku.

"Aku akan menjaganya dari jauh. Aku tak berani melangkah sebelum tiba waktunya. Sebelum aku memantaskan diri dengan ilmu dunia dan akhiratku, lalu membawanya ke dalam hidupku, Melangkah dan membangun mimpi bersama." jawabku mantap.

"Mungkin sebentar lagi." lanjutku.

"Apa ada seseorang yang kau sebut dalam doamu setiap hari?" kamu menggodaku.

"Ada." aku tersipu.

"Lalu, siapa orang yang beruntung itu?" kamu tertawa.

"Kamu." jawabku hampir tak terdengar.

Tawamu mendadak hilang.